Thursday, September 12, 2013

#OTR: Kitab Yesaya 2-4: Kerajaan Damai dan Hukuman Tuhan

Bab 2 Kitab Yesaya membicarakan dua hal: nubuat tentang “kerajaan damai” yang akan datang, sekaligus kecaman dan hukuman yang disediakan Tuhan bagi orang yang meninggikan diri. Yesaya menubuatkan bahwa pada jaman akhir, manusia akan berpaling dan berbondong-bondong menuju ke “rumah” Tuhan, karena disanalah akan ada kedamaian yang sesungguhnya, di mana takkan ada lagi kejahatan dan permusuhan. Pada ayat 4 ada ungkapan yang indah untuk menggambarkan kondisi itu, di mana pedang akan ditempa menjadi mata bajak, dan tombak akan menjadi pisau pemangkas.

Perikop tentang hukuman jauh lebih unik dan menarik. Di sini Yesaya kadang berbicara pada Tuhan, kadang pada umat Israel. Pada Tuhan, Yesaya seolah-olah begitu marahnya sehingga seolah “mengompori” Tuhan untuk tidak mengampuni mereka (Yes 2:9):

Maka manusia ditundukkan
dan orang direndahkan—
janganlah ampuni mereka!

Sedang pada umat Israel, Yesaya menunjukkan akibat kemarahan Tuhan yang akan terjadi. Hal menarik di sini adalah bagaimana Yesaya menggunakan metafora benda-benda yang tinggi menjulang (gunung, pepohonan, tembok, menara) untuk menggambarkan kesombongan manusia yang ingin melebihi Tuhan. Yesaya pun menutup bab ini dengan indah, dengan mengungkapkan keputus-asaannya melihat kesombongan Israel. Di sini ia seolah berbicara pada diri sendiri—monolog?? (Yes 2:22):

Jangan berharap pada manusia,
sebab ia tidak lebih daripada embusan nafas,
dan sebagai apakah ia dapat dianggap?

Di bab 3 Yesaya menunjukkan hukuman bagi orang-orang yang dianggap menyesatkan umat. Tuhan akan mengambil para pemimpin dan orang-orang yang dapat diandalkan, lalu membiarkan bangsa itu dipimpin orang-orang muda, yang tentu akan menimbulkan kekacauan. Maka tepatlah ayat 11 ini:

Celakalah orang fasik! Malapetaka akan menimpanya,
sebab mereka akan diperlakukan menurut perbuatannya sendiri.

Mereka telah menyesatkan bangsanya sendiri, maka sekarang malapetaka menimpa seperti berbuatan mereka, yaitu berupa kekacauan yang melanda bangsa itu. Hukuman yang menimpa wanita-wanita Sion yang rusak moralnya juga unik, yaitu dengan mengganti rempah harum menjadi busuk, dll.

Bab 4 memiliki keunikannya sendiri juga. Pertama, karena dalam 1 bab ada dua kondisi yang berkebalikan. Ayat 1 menggambarkan puncak kemalangan bangsa Israel, yaitu sampai-sampai tujuh perempuan akan memaksa satu laki-laki untuk memperistri mereka, menunjukkan begitu menderitanya mereka karena hukuman Tuhan. Lalu, tiba-tiba pada ayat 2 ada perubahan tema. Di sini digambarkan bagaimana umat Israel yang terluput dari amarah Tuhan akan mengalami kekudusan dan selalu dilindungi Tuhan.

Keunikan kedua, adalah, bila dari awal bab 1 s/d 3, penulisan nubuat Yesaya selalu dalam bentuk puisi, maka khusus pada bab 4 ini bentuknya beralih ke prosa. Aku membayangkan saja….mungkin Yesaya mengalami penglihatan yang sangat intens dan menggetarkan; begitu mengerikan, sekaligus begitu kudus, hingga ia langsung menuliskannya apa adanya. Ini hanya interpretasiku saja….


No comments:

Post a Comment

What do you think?