Monday, October 24, 2011

Pangeran Bahagia

Apakah kebahagiaan itu identik dengan keindahan, kemilaunya emas dan meronanya merah batu delima? Bersama Pangeran Bahagia, Oscar Wilde—seorang sastrawan legendaris Irlandia akan mengajak anda sekali lagi memaknai sebuah kebahagiaan. Seperti namanya, Pangeran Bahagia selalu mengalami kebahagiaan selama hidupnya yang terkurung di balik dinding istananya yang tinggi. Namun begitu ia meninggal dan sebuah patung didirikan di atas tiang jangkung yang menjulang ke atas kota, maka Pangeran Bahagia pun mulai menyadari bahwa banyak orang yang menderita di luar sana.

Suatu hari seekor burung walet (swallow) yang terlambat bermigrasi ke negeri Mesir yang hangat, merasa iba pada Pangeran Bahagia yang sedang menangis sedih. Burung Walet pun setuju untuk menunda kepergiannya ke Mesir demi menolong misi yang ingin dilakukan Pangeran Bahagia. Misi apakah itu? Apalagi kalau bukan membuat orang lain juga menjadi bahagia. Meski Pangeran Bahagia hanya bisa berdiri diam, ia merelakan semua yang ada pada dirinya demi membantu orang yang menderita. Batu delima di pedangnya, batu safir yang membuatnya memiliki mata, hingga emas yang selama ini melekat di tubuhnya. Semuanya tanpa batas ia ikhlaskan untuk mereka yang menderita.

Lalu bagaimana ketika Pangeran Bahagia sudah tak memiliki apapun untuk diberikan lagi? Akankah si burung wallet meninggalkannya untuk pergi ke Mesir menyusul teman-temannya? Dongeng Pangeran Bahagia ini merupakan salah satu dari kumpulan dongeng dengan judul sama. Dongeng ini adalah salah satu favoritku dari total 5 dongeng yang ada. Begitu menyentuh, begitu gamblang untuk dipahami. Ternyata kebahagiaan yang sejati adalah ketika kita mampu member kebahagiaan kepada orang lain. Kebahagiaan itu sifatnya memberi, dan bukan menerima…

Namun dongeng yang paling membuatku terhenyak adalah dongeng ketiga yang berjudul: Raksasa Yang Egois. Awalnya dongeng ini seperti dongeng anak-anak biasa, yaitu kisah raksasa yang mempunyai kastil dengan taman luas yang indah, penuh rumput hijau, bunga-bunga aneka warna dan 12 pohon persik. Taman itu menjadi tempat bermain anak-anak di sekitarnya di musim semi. Nah, ketika si raksasa pulang dan mendapati banyak anak-anak bermain di tamannya, marahlah ia. Dibangunnya dinding tinggi memagari tamannya, dan dipasangnya pengumuman yang melarang anak-anak memasuki taman. Anak-anak pun sedih, dan anehnya, musim semi, musim panas dan musim gugur pun tak mau lagi datang ke kebun si raksasa, hingga musim dingin, salju dan angin Timur lah yang bermain-main di sana.

Sekarang si raksasa lah yang menjadi sedih karena musim dingin yang berkepanjangan. Namun suatu hari ada seorang anak kecil datang bermain di sana dan mencium si raksasa. Hati si raksasa pun lumer, dan ia sangat mencintai si anak kecil. Namun setelah itu si anak kecil menghilang, sampai suatu saat si anak kecil datang kembali. Kali ini si raksasa menemukan sebuah kejutan dalam diri si anak kecil. Di sinilah anda akan dibuat terpana, ketika mengetahui siapa si anak kecil sebenarnya. Dongeng yang awalnya seperti dongeng anak-anak biasa, menjadi begitu dalam maknanya. Inilah dongeng paling favorit bagiku di buku ini!

Ada tiga dongeng lainnya yang masing-masing berbicara tentang makna cinta, makna persahabatan, dan keegoisan. Yang paling menarik mungkin kisah ke 4: Teman Yang Setia. Dongeng ini merupakan “dongeng di dalam dongeng”. Ada beberapa hewan yang sedang berdiskusi tentang makna “sahabat yang setia”. Ada tikus air yang hanya mementingkan dirinya sendiri, lalu ada ibu bebek dan burung pipit. Kemudian burung pipit menceritakan sebuah dongeng tentang Hans yang baik hati dan si Tukang Giling. Kedua tokoh ini menganggap temannya sebagai sahabat. Sebenarnya si burung pipit yang bercerita berharap si tikus air bisa mengambil pelajaran moral dari dongengnya itu. Namun ternyata si tikus air malah melengos pergi. Maka, Wilde pun menyerahkan kepada pembaca sendiri untuk mengambil kesimpulan, nilai moral apa yang terkandung dalam dongeng Hans sekaligus si tikus air itu.

Menilik dari ragam dongeng yang disajikan Wilde di buku ini, menurutku Pangeran Bahagia lebih ditujukan bagi orang dewasa atau paling tidak remaja, ketimbang anak-anak. Atau orang tua bisa membacakan dongeng ini bagi anak-anaknya sambil menjelaskan nilai moral yang ada di balik masing-masing dongeng. Yang jelas, dongeng-dongeng dari Oscar Wilde ini bukanlah dongeng biasa. Kisahnya memang ringan, namun mengandung makna yang cukup dalam untuk menjadi bahan permenungan.

Empat bintang untuk Pangeran Bahagia!

Judul: Pangeran Bahagia
Judul asli: The Happy Prince and Other Stories
Penulis: Oscar Wilde
Penerjemah: Risyiana Muthia
Penerbit: Serambi
Terbit: April 2011
Tebal: 104 hlm

No comments:

Post a Comment

What do you think?